Konflik yang belum terselesaikan
Permasalahan yang berkepanjangan dan konflik yang belum terselesaikan dapat menjadi sumber kemarahan besar. Jika ada masalah berdua tidak ditangani dan diselesaikan secara efektif, hal tersebut dapat memburuk seiring berjalannya waktu sehingga meningkatkan ketegangan dan frustrasi.
Komunikasi yang empatik
Dengarkan dan coba pahami penyebab kemarahannya. Tunjukkan empati dan hindari kata-kata yang menuduh.
Jadi, jika Bunda bisa menciptakan rasa aman secara emosional maka mungkin mendapati banyak kemarahan yang bisa diredakan. Hal ini dapat dilakukan melalui kesabaran dan kasih sayang dengan mengatakan hal baik dibanding bersikap kritis, mendengarkan penuh perhatian, bersikap tulus, dan tidak mengejek atau menyindir.
Kurangnya kepercayaan
Kepercayaan adalah hal mendasar dalam hubungan yang sehat. Jika terjadi pengkhianatan atau masalah kepercayaan yang berkelanjutan, hal ini dapat menimbulkan perasaan dicurangi dan kemarahan.
Masalah kepercayaan mungkin timbul dari pengalaman masa lalu atau perilaku saat ini.
Memburuknya kepercayaan
Kemarahan yang terus-menerus, terutama jika melibatkan pengkhianatan atau perilaku menyakitkan, dapat mengikis kepercayaan di antara Bunda serta suami. Kepercayaan menjadi fondasi dalam hubungan yang sehat dan kemerosotan hubungan tersebut sulit untuk diperbaiki.
Tenang dan atur diri sendiri
Jangan terpancing ikut marah. Tetap tenang dan bicaralah dengan nada suara lembut saat amarahnya mereda.
Hal ini mungkin tidak mudah untuk dilakukan, terutama saat Bunda berhadapan dengan suami yang sedang marah. Namun semakin Bunda tenang, semakin cepat suami bisa mengatasi kemarahannya.
Tetap tenang merupakan strategi sementara yang bisa digunakan di tengah situasi yang panas. Tidak ada hal baik yang akan tercapai jika Bunda berdua saling berteriak.
Bisakah suami yang punya masalah amarah berubah?
Kemarahan berasal dari rasa sakit hati dan orang-orang dengan masalah ini membutuhkan banyak cinta karena mereka merasa tersisih dan sendirian. Jika punya suami pemarah tetap bisa berubah kok Bunda, namun mereka harus bersedia menempuh jalan yang sulit dan bekerja keras pada diri sendiri.
Kalau mereka mampu melihat sisi positif dari diri sendiri dan mengubah pandangannya, segala sesuatu yang baik akan terjadi.
Pikirkanlah tentang perilaku Bunda sendiri
Di sinilah Bunda harus jujur pada diri sendiri. Apakah ada sesuatu yang Bunda lakukan pemicu atau kemarahan suami?
Kecenderungan alami dari pasangan yang sedang marah adalah menyalahkan Bunda atau orang lain atas ledakan amarahnya. Jadi Bunda harus sangat berhati-hati dalam hal ini agar tidak menanggung semua kesalahan yang rela mereka lepaskan.
Ingat, Bunda hanya bertanggung jawab atas tindakan diri sendiri bukan kemarahan mereka. Jika ingin meminta maaf atau melakukan penyesuaian pada perilaku Bunda, lakukanlah dan lanjutkan hidup.
Ketika memiliki suami pemarah, sangat penting bagi Bunda untuk menetapkan batasan yang tegas. Mengatasi kemarahan dimulai dengan memutuskan seberapa besar kemarahan suami yang bisa ditoleransi dan apa yang tidak?
Informasikan hal itu kepada suami dan bersiaplah untuk mempertahankan garis batas tersebut. Batasan adalah cara yang bagus untuk menghadapi pasangan negatif dan menyadari bahwa semua hubungan memerlukan rasa saling menghormati agar bisa berkembang.
Ingat, batasan bukanlah cara hidup yang egois. Sebaliknya, punya batasan akan membangun dan memelihara hubungan yang sehat.
Masalah komunikasi
Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan bisa berujung pada kemarahan. Komunikasi yang tidak memadai dapat menyebabkan kesalahpahaman, salah tafsir, dan kurangnya koneksi.
Jika suami merasa tidak didengarkan atau disalahpahami, hal ini dapat menimbulkan rasa frustrasi dan kebencian.
Kebutuhan atau harapan yang tidak terpenuhi
Mengutip dari Marriage, kemarahan sering kali berasal dari kebutuhan atau ekspektasi yang tidak terpenuhi. Ketika salah satu pasangan merasa bahwa kebutuhan emosional, fisik, atau lainnya tidak terpuaskan, rasa frustrasi dan kemarahan dapat menumpuk.
Pekerjaan, keuangan, masalah keluarga, bisa menjadi beban pikiran yang memicu ledakan emosi. Mungkin belakangan suami sedang ada masalah berat di kantor yang membuat mereka menjadi pemarah.
Cara menghadapi suami selingkuh perlu dilakukan dengan kepala dingin. Meski tidak mudah untuk dijalani, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan pernikahan.
Saat mendapati suami selingkuh, syok mungkin menjadi hal pertama yang terjadi padamu. Selanjutnya, perasaan kecewa, sedih, dan marah, mungkin campur aduk dan memenuhi dada.
Ketika beragam emosi tersebut menguasai, sangat mudah untuk membuat keputusan yang akan disesali nantinya. Padahal, cara menghadapi suami selingkuh perlu diterapkan dengan tepat dan bijak, meski perasaan sakit hati dan amarah kala suami “bermain api” di belakangmu tidak bisa dihindari.
Tarik napas, pejamkan mata, dan cobalah untuk menenangkan emosimu dulu, ya. Jika sudah tenang dan bisa berpikir jernih, kamu akan lebih mudah untuk menemukan solusi yang diperlukan untuk memperbaiki pernikahan, terutama jika kalian sudah punya anak.